Wednesday, February 10, 2021

Deskripsi Pohon Sukun



Sukun (Artocarpus altilis) termasuk dalam famili Moraceae alias keluarga Mulberry atau lebih sering dikenal sebagai breadnut dan yang tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional.

Tanaman sukun banyak tumbuh pada daerah tropis, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Pohon sukun merupakan tanaman yang sangat populer di masyarakat. Sukun termasuk dalam genus Artocarpus (famili Moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu, yang hanya tumbuh di daerah panas dan lembab di kawasan Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik.

Berdasarkan taksonominya, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Kerajaan          : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : A. altilis

Nama pohon sukun diambil dari nama buahnya. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti".


Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dalam bahasa Sunda dikenal sebagai timbul, kulur, atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. 

Pohon sukun berdasarkan morfologinya, adalah sebagai berikut.

1. Bunga


Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, sepanjang 15-25 cm, berwarna hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, dan berwarna hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, dan berwarna hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah berwarna hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi empat atau segi enam di kulitnya.

2. Daun




Pohon sukun bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling, lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat dan agak keras seperti kulit, warna dibagian sisi atas hijau tua  mengkilap, kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.

3. Bentuk Buah



Buah sukun berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg. Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun.


4. Batang

Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai tinggi hingga 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Pohon sukun apabila sudah tumbuh besar  memiliki penampakan yang tinggi besar. Bahkan tingginya dapat mencapai sekitar 20-40 meter, batang pokoknya tegak. Selain itu, penampilan pohon sukun amat indah dan anggun. 

5. Lokasi

Sukun menyukai iklim tropis yaitu pada suhu panas (20-40˚C), banyak hujan (2000-3000 mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl., meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.

6. Perbanyakan

Sukun dapat diperbanyak dengan terubusan akar, cangkok, dan stek akar. Selain itu, akar pohon yang muncul di permukaan tanah yang terluka akibat terinjak atau sebagainya, akan segera tertutup getah. Selanjutnya, di tempat itu akan muncul tunas, dan menjadi tanaman baru. Tanaman ini dapat diambil untuk bibit.

Pohon sukun sudah mulai berbuah pada umur 3 tahun. Tetapi, pada lingkungan yang sesuai, sudah belajar berbuah pada umur 2 tahun setelah bibit ditanam. Setiap pohon dapat menghasilkan 200-300 buah, atau 400-600 kg per pohon sehingga, bobot buah rata-rata 2 kg. Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gram, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780-an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.

Asal-usul sukun diperkirakan dari kepulauan Nusantara sampai Papua. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun 1750-1800 ke Malaysia, India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis.

Tanaman sukun ini tidak banyak ditanam oleh masyarakat. Karena selain harga jualnya tidak menjanjikan, masyarakatpun belum dapat memanfaatkan tanaman tersebut untuk fungsi yang lain. Ironisnya, tanaman sukun selalu jadi korban penebangan karena dianggap pohon yang tidak begitu penting.


No comments:

Post a Comment

14. Jerawat dan pembersih wajah

Jerawat adalah suatu keadaan di mana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang. Jerawat merupakan penyakit ...