Monday, February 22, 2021

Kandungan Zat Kimia dalam Daun Sukun

 



Daun Sukun diyakini mengandung beberapa zat berkhasiat seperti asam hidrosianat, asetilcolin, tanin, riboflavin, dan sebagainya. Zat-zat ini juga mampu mengatasi peradangan.

Seluruh bagian tanaman sukun mengandung senyawa flavonoid. Sejumlah turunan flavonoid telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan tersebut sebelumnya. Hasil Uji sukun, tanaman itu mempunyai flavonoid yang khas. 

Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun sukun diantaranya sebagai berikut.

1. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavonoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola. 

Daun sukun tua mengandung flavonoid paling besar, yaitu 100,68 mg/g. Sedangkan daun sukun muda mengandung flavonoid sebesar 87,03 mg/g. Sementara daun sukun tua yang sudah menguning dan gugur (sudah lepas dari pohon) mengandung flavonoid sebesar 42,89 mg/g.

Quercetin dan myricetin, merupakan jenis flavonoid yang melindungi sel Caco-2 yang terdapat pada saluran pencernaan dari oksidasi rantai ganda DNA dan bersifat antioksidan yang melindungi kolonosit dari stress oksidatif. 

Flavonoid juga dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan yang berkekuatan sangat kuat hingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen dalam tubuh manusia. Sekarang ini para peneliti sangat tertarik mengenai potensi manfaat substansi kimiawi tersebut yang juga banyak terkandung dalam bawang bombay, apel, dan anggur merah.

Daun sukun mengandung senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan. Flavonoid tersebut berfungsi menangkap senyawa radikal bebas di hati sehingga tidak terjadi stres oksidatif. Dengan begitu sel hati terhindar dari kerusakan. Radikal bebas dapat bersumber dari logam berat, pestisida, dan bahan pengawet.

Menurut penelitian, Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda masuk ke dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. 

Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes, encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi). Penelitian-penelitian mutakhir telah mengungkap fungsi-fungsi lain dari flavonoid, tidak saja untuk pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan kanker.

Beberapa senyawa flavonoid hasil isolasi dari beberapa periset terbukti sangat bermanfaat bagi kesehatan dan pengobatan penyakit. Senyawa flavonoid tersebut di antaranya sebagai berikut :

  • Senyawa 8-geranyl-4,5,7-trihydroxyflavone yang bermanfaat untuk mengobati diabetes karena bersifat sebagai antidiabetes kuat
  • Senyawa geranyl dihydrochacones bermanfaat untuk mengatasi kanker karena bersifat antikanker.


2. Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan ion H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh. Beberapa sifat fenol antara lain :

  • Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida
  • Mempunyai titik didih yang tinggi
  • Mempunyai rumus molekul R-OH, dimana R adalah gugus aril
  • Larut dalam pelarut organik
  • Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna
  • Mempunyai massa molar 94,110C
  • Mempunyai titik didih 181,9oC
  • Mempunyai titik lebur 40,9oC 


Fenol bersifat antioksidan yang mampu menghambat proses oksidasi dan proses radikal bebas. Molekul radikal bebas adalah suatu zat instabilitas dari hasil proses metabolisme normal tubuh manusia yang mempunyai efek merusak pembuluh darah, dan bahkan dapat menyebabkan perubahan mendadak DNA, sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit kanker. Dengan demikian, fenol dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dll. Senyawa fenol juga dapat menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh dan membantu dalam pembuangan kolesterol dari dalam tubuh  sehingga dapat mencegah naiknya kolesterol darah yang mampu memicu terjadinya aterosklerosis

Memperoleh antioksidan melalui zat alam adalah suatu cara yang paling aman dan ideal. Salah satu bahan alam yang mengandung fenol tersebut adalah daun sukun. Konsumsi ekstrak daun sukun dipercaya dapat meningkatkan taraf antioksidan di dalam tubuh. Apalagi jika diberi tambahan madu di dalamnya, bukan saja dapat meningkatkan taraf antioksidan di dalam tubuh dan memperbaiki fungsi kekebalan tubuh, tapi sekaligus membuat ramuan menjadi lebih nikmat. Biar bagaimanapun juga, dengan tambahan madu dalam makanan sehari-hari adalah sebuah cara yang baik dalam membantu kita meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. 


3. Riboflavin

Nama riboflavin berasal dari kata ribosa dan flavin. Riboflavin dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan hewan. Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat. 

Susu, keju, sayur hijau, hati, ginjal, kacang-kacangan seperti kacang kedelai, ragi, jamur merupakan sumber utama vitamin B2. Bahkan daun sukun pun juga mengandung riboflavin. Namun paparan terhadap cahaya dapat menghancurkan riboflavin.

Sumber vitamin B2 terbanyak ditemukan pada makanan hewani, seperti daging, hati, ginjal, dan jantung, serta susu. Beberapa tanaman juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi, antara lain kacang almond, jamur, gandum, dan kacang kedelai termasuk juga daun sukun. Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam air selama proses pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan dalam wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh paparan cahaya. 

Konsumsi riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, laju metabolisme, dan asupan kalori di dalam tubuh. Berdasarkan RDA, konsumsi perhari bagi pria adalah 1,7 mg dan bagi wanita adalah 1,3 mg, sedangkan bagi wanita hamil perlu tambahan 0,3 mg. 

Riboflavin merupakan salah satu koenzim yang berperan dalam berbagai metabolisme energi di dalam tubuh, terutama dalam pemecahan senyawa karbohidrat menjadi gula sederhana. Senyawa kompleks lainnya, seperti lemak dan protein, juga dapat dikonversi menjadi energi. Beberapa metabolisme vitamin lain dan mineral juga membutuhkan peranan vitamin ini. Selain itu, vitamin ini berperan dalam respirasi jaringan tubuh, pertumbuhan badan, dan produksi sel darah merah. 

Karena riboflavin memegang peranan besar dalam metabolime energi di dalam tubuh maka defisiensi vitamin ini akan jelas berpengaruh pada produksi energi tubuh. Hal ini terjadi karena metabolisme pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein tidak berjalan dengan efisien. Secara fisik, defisiensi ini dapat terlihat dari warna mata yang cenderung merah, peningkatan sensitifitas terhadap cahaya matahari, peradangan di mulut, dan bibir pecah-pecah. Efek lainnya juga terlihat pada kerusakan jaringan kulit, keriput, dan kuku pecah. 

Gejala awal defisiensi adalah sakit tenggorokan dan bibir pecah-pecah. Bila telah parah, penderita akan mengalami anemia, gangguan saraf, pembengkakan lidah. Defisiensi vitamin B2 ini sering dialami oleh para pecandu alkohol. 


4. Tanin

Tanin atau disebut juga asam tanat atau asam galotanat merupakan senyawa yang tidak berwarna hingga berwarna kuning atau cokelat. Tanin banyak ditemukan pada buah kesemek. Tanin inilah yang membuat rasa buah kesemek agak sepat. Tanin juga diketemukan dalam daun sukun.

Tanin memiliki efek diuretik, yaitu dapat mengurangi jumlah air pada plasma darah dengan membuangnya melalui urin. Mekanisme ini sangat penting untuk mengatur tekanan darah dan untuk membuang komponen-komponen toksik keluar dari tubuh kita. karena itulah, tanin berkhasiat untuk mengobati hipertensi. Selain itu, tanin bersifat anti bakteri dan anti virus. Tanin dapat merusak membran sel bakteri dan mengerutkan dinding/membran sel bakteri sehingga dapat menggangu permeabilitas sel bakteri, hingga pertumbuhan bakteri akan terhambat atau bahkan mati. Sebagai anti virus, tanin dapat menghambat aktivitas enzim yang diperlukan virus untuk memperbanyak diri sehingga virus sulit berkembang.


5. Asetilkolin (Ach)

Asetilkolin merupakan salah satu jenis neurotransmiter (zat kimia penghantar rangsangan saraf) yang paling umum dikenal. Senyawa neurotransmiter ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf organisme vertebrata. Asetilkolin berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima untuk diteruskan di antara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada sambungan neuromuscular. Senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOCH2CH2N+(CH3)3 ini tersebar di seluruh tubuh manusia, terutama banyak terdapat di dalam sistem saraf tepi (otonom) dan senyawa ini dikeluarkan dengan adanya stimulasi saraf. Segera setelah dikeluarkan, asetilkolin akan berdifusi dicelah antar-sinapsis dan menstimulasi saraf-saraf lainnya. 

Aktivitas dari neurotransmiter ini dapat dihambat oleh enzim kolinesterase (EC 3.1.1.7). Enzim ini sendiri ditemukan pada tahun 1968 dimana seorang peniliti bernama Walo Leuzinger berhasil memurnikan dan mengkristalkan enzim ini dari belut listrik di Universitas Kolumbia. Penghambatan kerja asetilkolin oleh enzim ini di dalam tubuh manusia berperan dalam menimbulkan penyakit Alzheimer yang terkait dengan kerusakan sel-sel otak, hilangnya ingatan, dan kemampuan berpikir. Penyakit ini dapat dikurangi efeknya dengan menggunakan obat yang mengandung inhibitor kolinesterase. Di samping itu, senyawa asetilkolin juga banyak berperan dalam aktivitas gastoinstestinal. 

Fungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan pemusatan perhatian. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungsi ingatan), bangsal ganglia (terlibat dalam fungsi motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris).


6. Kalium

Kalium adalah salah satu mineral yang sangat penting bagi manusia. Kalium digunakan untuk membantu kinerja otot dan syaraf pada tubuh manusia agar bekerja dengan baik. Kalium juga sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menyimpan gula dalam bentuk glikogen. Kalium juga merupakan elektrolit, yaitu mineral yang mampu menghasilkan listrik dalam tubuh yang dilakukan secara bersama dengan beberapa mineral penting lainya seperti kalsium, klorida, magnesium dan natrium. Kalium sering juga disebut sebagai potassium. Kalium bersama dengan sodium dan klorida berfungsi untuk mengontrol kadar air di dalam tubuh. Menurut penelitian para ahli, manfaat kalium yang lain adalah untuk mencegah penyakit tekanan darah tinggi jika berada dalam jumlah yang sesuai di dalam tubuh. Kalium sangat penting dan dibutuhkan untuk menunjang kinerja jantung serta memiliki peran penting dalam kontraksi otot rangka dan otot halus.

 Memiliki terlalu banyak kalium dalam tubuh disebut dengan Hiperkalemia dan jika terlalu sedikit memiliki kadar kalium dalam tubuh disebut dengan hipokalemia. Baik hiperkalemia maupun hipokalimia semuanya memiliki efek bagi tubuh kita. Untuk menjaga keseimbangan jumlah kalium dalam tubuh, hal itu ditentukan pada jumlah natrium dan magnesium yang terdapat pada darah. Jika terlalu banyak natrium dalam darah, maka akan meningkatkan kebutuhan akan kalium. Diare, muntah serta berkeringat dalam jumlah banyak juga meningkatkan kebutuhan kalium bagi tubuh. Menurut penelitan para ahli yang melakukan studi mengenai hubungan kalium dengan kesehatan tulang , mereka menyatakan bahwa ada hubungan positif antara makanan yang mengandung kadar kalium tinggi dengan kesehatan tulang. Tetapi tentu saja diperlukan studi lebih mendalam untuk memastikan hal ini.

Sumber kalium paling besar diperoleh dari buah-buahan, sayuran serta daging merah. Untuk jenis sayuran kentang, bayam dan tomat merupakan sumber kalium yang sangat baik. Sedangkan untuk buah-buahan, pisang adalah salah satu buah yang memiliki kadar kalium tinggi. Menurut standar kebutuhan nutrisi bagi tubuh, telah ditetapkan bahwa kebutuhan kalium per hari adalah 3500 mg baik bagi wanita maupun pria.

Kalium dalam daun sukun mampu membuat batu ginjal berupa kalium oksalat tercerai berai. Endapan batu ginjal akhirnya larut dan keluar bersama urine.


Wednesday, February 10, 2021

Kegunaan Pohon Sukun bagi Kehidupan



A. Sebagai Penahan Tanah Longsor

Pohon sukun merupakan jenis pohon berkayu dan dapat mencapai tinggi hingga 30 meter. Pohon sukun mempunyai batang yang lurus dan besar dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Pohon sukun yang sudah berumur biasanya tumbuh besar dan memiliki penampakan yang tinggi besar serta batang pokok yang tegak. Bentuk pohon yang bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar tersusun berselang-seling, mampu menahan air hujan sehingga pohon sukun juga merupakan indikator keberadaan mata air.

Kemampuan pohon sukun dalam menyerap air hujan ini dapat mampu mencegah banjir dan juga sebagai penahan tanah longsor. Oleh karena itu, perlu digalakkan penanaman pohon sukun ini terutama di daerah-daerah rawan banjir dan tanah longsor.


B. Sebagai Sumber Makanan Sehat dan Terapi Pengobatan

Buah sukun (Artocarpus communis) merupakan bahan pangan alternatif yang kini mulai cukup populer dan dikembangkan diberbagai daerah.  Sukun merupakan salah satu tanaman yang bisa dikonsumsi sebagai sumber makanan sehat terutama sumber karbohidrat. Bahkan sebelum masyarakat nusantara mengenal padi, mereka sudah memanfaatkan sukun sebagai bahan makanan pokok. 

Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sebagai sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. 

Selain sebagai sumber karbohidrat, sukun juga banyak mengandung protein, lemak, dan juga beberapa vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi tubuh kita. Kandungan air dalam buah sukun juga cukup tinggi, yaitu sekitar 69,3 %. 

Berikut ini disajikan tabel komposisi zat gizi buah sukun.

Tabel Komposisi  Zat Gizi Sukun per 100 gram bahan

Sumber:  FAO, 1972


Satu buah sukun memiliki bobot sekitar 1,5 kg. Kandungan karbohidratnya sekitar 27%. Dari satu buah sukun dengan bobot daging 1,35 kg dapat diperoleh karbohidrat 365 gram. Dengan demikian, sebagai pengganti beras, satu buah sukun bisa dikonsumsi oleh 3-4 orang. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. 

Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Perbandingan Komposisi kandungan gizi sukun dengan beberapa bahan pangan lainnya dalam 100 gram disajikan dalam tabel berikut.

Tabel perbandingan komposisi kandungan gizi sukun dengan beberapa bahan pangan lainnya


Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai gizi buah sukun tidak kalah dengan bahan-bahan pangan lainnya yang sering digunakan sebagai bahan pangan pokok ataupun bahan pangan pokok alternatif di Indonesia. Tepung sukun mempunyai prospek yang sangat baik sebagai bahan pangan pengganti beras yang apabila dibandingkan, buah sukun mengandung mineral dan vitamin lebih lengkap tetapi nilai kalorinya rendah, sehingga dapat digunakan untuk makanan diet rendah kalori. Buah sukun juga merupakan bahan pangan yang mempunyai indeks glikemik (IG) yang rendah sehingga dapat berperan membantu mengendalikan kadar gula darah pada tingkat yang aman. Komponen bioaktif buah-buahan yang diduga mempunyai aktivitas hipoglikemik antara lain: alkaloid, glikosida, galaktomanan, polisakarida, peptidoglikan, glikopeptida, terpenoid, asam-asam amino, dan ion anorganik.

Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng

Selain itu, sukun dapat juga dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Sedangkan timbul, kulur, atau kluwih (yang berbiji) lebih banyak dipetik tatkala muda, untuk dijadikan sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua juga kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan camilan.

Buah sukun segar bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan pangan, lazimnya yaitu dengan cara menggoreng daging buahnya. Agar dapat disimpan lebih lama sebagai bahan pangan, buah sukun dapat diolah menjadi gaplek sukun, tepung sukun, pati sukun, atau tapai sukun, dan lain sebagainya.  Dengan adanya bahan-bahan dasar tersebut, maka aneka panganan dengan bahan baku buah sukun dapat dibuat dan dinikmati setiap saat.

Berikut ini disajikan cara pembuatan beberapa jenis makanan olahan dari buah sukun.


1. Pembuatan pati sukun

Bahan : buah sukun yang sudah tua

Cara membuat :

  1. Kupas bersih sukun, potong-potong, lalu diparut atau diblender
  2. Tambahkan air ke dalam hasil parutan sukun, untuk melarutkan tepung dan memisahkannya dari ampas
  3. Saring berulang kali hingga seluruh pati terlarut
  4. Endapkan pati dan perhatikan lapisan air di bagian atasnya. Semakin jernih air berarti pengendapan semakin baik.
  5. Buang air endapan kemudian jemur pati di bawah terik matahari sampai kering
  6. Simpan pati sukun yang sudah kering dalam plastik.


2. Pembuatan gaplek sukun

Bahan : buah sukun yang sudah tua

Cara membuat :

  1. Kupas bersih sukun lalu dipotong-potong kasar
  2. Iris tipis-tipis potongan buah sukun tersebut
  3. Taruh irisan buah sukun tersebut ke dalam nampan lalu dijemur di bawah terik matahari hingga kering
  4. Balik-baliklah irisan buah sukun yang dijemur tersebut setiap 3 jam sekali agar proses pengeringan gaplek sukun merata dan tidak mudah terkontaminasi oleh jamur.
  5. Untuk hasil yang optimal, penjemuran dapat dilakukan selama 3 hari pada saat musim kemarau.


3.Pembuatan tepung sukun

Bahan : gaplek sukun

Cara membuat :

  1. Tumbuk gaplek sukun yang sudah kering, lalu diayak dengan ayakan halus
  2. Jemur tepung halus yang diperoleh hingga kering


Pohon sukun selain buahnya dapat digunakan sebagai sumber makanan sehat, daunnya pun juga mempunyai manfaat untuk mengobati segala macam penyakit. Daun sukun mempunyai khasiat buat kesehatan, efektif untuk mengobati berbagai penyakit seperti liver, hepatitis, sakit gigi, gatal-gatal, pembesaran limpa, jantung, dan ginjal. Bahkan, masyarakat Ambon memanfaatkan kulit batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari melahirkan.

Beberapa pakar obat tradisional memang meragukan khasiat daun sukun. Namun masyarakat sudah percaya dan membuktikan khasiat daun sukun yang dapat menyembuhkan penyakit liver, jantung dan ginjal. Selain itu, secara empiris, daun sukun mampu menyelamatkan ginjal yang sakit. Sebuah riset yang dilakukan LIPI dengan peneliti asal Cina juga mengungkapkan, daun sukun sangat berguna bagi proses penyembuhan penyakit kardiovaskular.

Manfaat sukun lainnya dapat digunakan sebagai pilihan dalam diet rendah kalori, mengingat kandungan kalori buah sukun lebih rendah dibanding beras, namun memiliki vitamin dan mineral yang lebih lengkap. Selain itu kandungan seratnya yang cukup tinggi baik untuk sistem pencernaan.


Deskripsi Pohon Sukun



Sukun (Artocarpus altilis) termasuk dalam famili Moraceae alias keluarga Mulberry atau lebih sering dikenal sebagai breadnut dan yang tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional.

Tanaman sukun banyak tumbuh pada daerah tropis, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Pohon sukun merupakan tanaman yang sangat populer di masyarakat. Sukun termasuk dalam genus Artocarpus (famili Moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu, yang hanya tumbuh di daerah panas dan lembab di kawasan Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik.

Berdasarkan taksonominya, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Kerajaan          : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : A. altilis

Nama pohon sukun diambil dari nama buahnya. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti".


Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dalam bahasa Sunda dikenal sebagai timbul, kulur, atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. 

Pohon sukun berdasarkan morfologinya, adalah sebagai berikut.

1. Bunga


Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, sepanjang 15-25 cm, berwarna hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, dan berwarna hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, dan berwarna hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah berwarna hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi empat atau segi enam di kulitnya.

2. Daun




Pohon sukun bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling, lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat dan agak keras seperti kulit, warna dibagian sisi atas hijau tua  mengkilap, kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.

3. Bentuk Buah



Buah sukun berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg. Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun.


4. Batang

Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai tinggi hingga 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Pohon sukun apabila sudah tumbuh besar  memiliki penampakan yang tinggi besar. Bahkan tingginya dapat mencapai sekitar 20-40 meter, batang pokoknya tegak. Selain itu, penampilan pohon sukun amat indah dan anggun. 

5. Lokasi

Sukun menyukai iklim tropis yaitu pada suhu panas (20-40˚C), banyak hujan (2000-3000 mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl., meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.

6. Perbanyakan

Sukun dapat diperbanyak dengan terubusan akar, cangkok, dan stek akar. Selain itu, akar pohon yang muncul di permukaan tanah yang terluka akibat terinjak atau sebagainya, akan segera tertutup getah. Selanjutnya, di tempat itu akan muncul tunas, dan menjadi tanaman baru. Tanaman ini dapat diambil untuk bibit.

Pohon sukun sudah mulai berbuah pada umur 3 tahun. Tetapi, pada lingkungan yang sesuai, sudah belajar berbuah pada umur 2 tahun setelah bibit ditanam. Setiap pohon dapat menghasilkan 200-300 buah, atau 400-600 kg per pohon sehingga, bobot buah rata-rata 2 kg. Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gram, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780-an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.

Asal-usul sukun diperkirakan dari kepulauan Nusantara sampai Papua. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun 1750-1800 ke Malaysia, India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis.

Tanaman sukun ini tidak banyak ditanam oleh masyarakat. Karena selain harga jualnya tidak menjanjikan, masyarakatpun belum dapat memanfaatkan tanaman tersebut untuk fungsi yang lain. Ironisnya, tanaman sukun selalu jadi korban penebangan karena dianggap pohon yang tidak begitu penting.


14. Jerawat dan pembersih wajah

Jerawat adalah suatu keadaan di mana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang. Jerawat merupakan penyakit ...