Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=+liver&tbm=isch&ved
Hati (dalam bahasa Inggris : liver dan bahasa Yunani: hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit. Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan :
1. Empedu
Hati menghasilkan empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
2. Asam amino
3. Faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
4. Protein C, protein S dan anti-trombin
5. Kalsidiol
6. Trigliserida melalui lintasan lipogenesis
7. Kolesterol
8. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1)
IGF-1 adalah sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa.
9. Enzim arginase
Enzim ini berfungsi mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun.
10. Trombopoietin
Trombopoietin adalah sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang.
11. Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu mengambil alih tugas ini.
12. Albumin
Albumin merupakan komponen osmolar utama pada plasma darah.
13. Angiotensinogen
Angiotensinogen adalah sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular apparatus.
14. Enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan laktat dehidrogenase
Penyakit liver atau penyakit hati merupakan penyakit yang menyerang organ dalam yaitu hati. Jika sudah menyerang hati maka fungsinya sebagi penyaring darah tidak akan bisa maksimal yang menyebabkan metabolisme tubuh tidak akan terkendali. Penyakit Liver adalah penyakit hati menahun/kronis yang ditandai dengan proses peradangan (hepatitis), nekrosis (kematian jaringan) hati, penambahan jaringan ikat (yang batasnya tidak jelas) dengan terbentuknya gumpalan – gumpalan/pembengkakan kecil jaringan (nodus) yang mengganggu susunan dan fungsi hati.
Penyakit liver biasanya disebabkan karena virus, jamur beracun, bakteri yang meracuni liver, dan alkohol. Melihat penyebab penyakit liver di atas ada salah satunya adalah karena alkohol, Nah bila Alkohol masuk ke dalam tubuh kita bisa berakibat terjadinya penyakit liver. Seseorang yang suka minum minuman keras biasanya rentan sekali terkena penyakit liver. Biasanya Orang hanya mementingkan pada kesenangan saja dan tidak memikirkan efeknya kedepannya. Minuman keras selain harga yang relatif mahal, minuman keras juga dapat menyebabkan penyakit liver.
Penyakit liver dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bervariasi, antara lain sebagai berikut.
- Kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan-kelainan hati yang hadir pada kelahiran
- Kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh
- Infeksi-infeksi virus atau bakteri
- Alkohol atau keracunan oleh racun
- Obat-obat tertentu yang merupakan racun bagi hati
- Kekurangan Gizi (nutrisi)
- Trauma atau luka
Gejala penyakit liver adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Ciri-ciri seseorang terkena penyakit Liver adalah sebagai berikut.
- Mengalami kekuningan pada kulit.
- Urin berubah warna kecoklatan seperti teh.
- Sering mengalami mual.
- Cepat kehilangan selera makan.
- Mudah kehilangan berat badan secara drastis.
- Sering mengalami muntah.
- Mengalami diare.
- Sering mengalami tidak enak badan dan kurang bersemangat.
- Mengalami pembesaran pembuluh darah.
- Mudah sekali mengalami kelelahan.
- Tingkat kadar gula menjadi rendah.
- Mengalami pegel-pegel dan sakit otot.
- Mengalami demam ringan.
- Sering mengalami depresi.
Hati merupakan organ yang menopang kelangsungan hidup hampir seluruh organ lain di dalam tubuh. Oleh karena lokasi yang sangat strategis dan fungsi multi-dimensional, hati menjadi sangat rentan terhadap datangnya berbagai penyakit. Hati akan merespon berbagai penyakit tersebut dengan meradang, yang disebut hepatitis.
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Proses penularannya hepatitis sangat beragam antara lain melalui makanan, cairan tubuh, jarum suntik atau transfusi darah. Pasien hepatitis sering merasa cepat lelah dan capai, demam, perut nyeri dan mual, nafsu makan turun drastis, serta warna kulit berubah menjadi kuning dan pucat. Oleh karena itu masyarakat awam kerap menyebut hepatitis sebagai penyakit kuning.
Hepatitis A
Pada orang dewasa gejala yang umum terjadi mirip dengan flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata dan kuku kuning serta hilangnya nafsu makan. Hepatitis A merupakan jenis hepatitis yang paling mudah disembuhkan dan tidak bersifat kronis.
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui vecal oral. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
Penularan lebih sering terjadi melalui makanan seperti mengonsumsi makanan mentah yang tidak dicuci bersih, makanan setengah matang atau es batu yang berasal dari air yang telah tercemar
Hepatitis B
Bagi sebagian penderita hepatitis B dapat sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, namun sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan dan akan membawa virus hepatitis B tersebut seumur hidupnya. Gejala yang mudah dikenali antara lain lemah, lesu, sakit otot, demam, mata dan kulit kuning, serta air seni berwarna gelap/coklat.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu dapat juga terjadi melalui pemakaian jarum suntik bersama-sama transfusi darah yang telah terkontaminasi, pisau, alat cukur, serta hubungan seks bebas.
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi selama beberapa tahun, tanpa gejala yang khusus. Oleh karena itu banyak yang mengira hanya sekedar terserang flu dan demam disertai sakit kepala, muntah dan hilangnya nafsu makan. Namun perlahan dan pasti penyakit ini akan merusak organ hati memicu terjadinya hepatitis kronis, sirosis hati (pengerasan hati) dan kanker hati. Virus hepatitis C akan merusak sel-sel hati, jaringan akan mengeras dan dapat menyebabkan kematian.
Cara penularan hampir sama dengan hepatitis B. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
Hepatitis D
Hepatitis D hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B. Virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
Hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
Hepatitis G
Virus hepatitis G merupakan jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis antara lain sebagai berikut :
- Virus Mumps
- Virus Rubella
- Virus Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- Virus Herpes
Penyakit hati juga bisa disebabkan karena racun. Hati juga dapat rusak akibat konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi obat kimiawi secara terus menerus, kegemukan atau obesitas serta konsumsi lemak berlebih juga dapat menyebabkan perlemakan hati.
Perawatan dini untuk penyakit liver atau penyakit hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Istirahat di tempat tidur
2. Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi
3. Hindari obat-obatan yang tidak perlu
4. Hindari alkohol
5. Makan diet yang berimbang untuk penyakit hati
6. Minum obat anti mual jika diperlukan
Perawatan lanjutan tergantung dari tipe dan luasnya penyakit. Contohnya, merawat hepatitis B, hepatitis C dan hepatitis D dapat melibatkan penggunaan obat-obatan seperti obat-obatan anti virus (antiviral) alpha interferon. Obat-obat lain yang digunakan untuk merawat penyakit hepatitis dapat termasuk ribavirin, lamivudine, steroids, dan antibiotik-antibiotik.
Teknologi transplantasi hati merupakan hasil yang dikembangkan dari penelitian pada beberapa bidang studi kedokteran. Pada tahun 1953, Billingham, Brent, dan Medawar menemukan bahwa toleransi kimerisme dapat diinduksi oleh infus sel hematolimfopoietik donor pada model tikus.
Pada tahun 1958 studi canine mengembangkan suatu teori mengenai molekul hepatotrofik pada portal pembuluh balik pada hati dan menemukan hormon insulin sebagai faktor hepatotrofik utama dari beberapa faktor lain yang ada. Pada saat yang hampir bersamaan teori mengenai transplantasi multiviseral dan hati juga berkembang dari studi imunosupresi yang mempelajari algoritma empiris dari pengenalan pola dan respon terapis. Pada awal 1960, dibuktikan bahwa canine dan allograft manusia memiliki toleransi kimersime yang dapat terinduksi otomatis dengan bantuan imunosupresi, hingga pada akhir 1962 disimpulkan dengan keliru, bahwa transplantasi melibatkan dua sistem kekebalan yang berbeda. Konsekuensi kesimpulan tersebut menjadi dogma bahwa tolerogenisitas hati, pada dasarnya, berbeda, tidak hanya dengan sumsum tulang belakang, tetapi dengan seluruh organ tubuh yang lain. Kekeliruan ini tidak terkoreksi dengan baik hingga tahun 1990.
Transplantasi hati yang pertama dilakukan di Denver pada tahun 1963, keberhasilan pertama tercatat pada tahun 1967 dengan azatioprina, prednison dan globulin anti-limfoid, oleh Thomas E. Starzl dari Amerika Serikat, disusul oleh keberhasilan transplantasi sumsum tulang belakang manusia pada tahun 1968. Rentang waktu antara 1967 hingga 1979 mencatat 84 kali transplantasi hati pada anak dengan 30% daya tahan hidup hingga 2 tahun. Perkembangan studi imunosupresi kemudian memberikan perbaikan dan harapan hidup lebih panjang bagi pasien, antara lain dengan pergantian azatioprina dengan siklosporina pada tahun 1979, lalu tergantikan dengan takrolimus pada tahun 1989.
Pada tahun 1992, dikembangkan teori mikrokimerisme leukosit donor dengan cakupan donor dari silsilah berlainan, yang memberikan harapan hidup yang sangat panjang bagi penerima donor organ, setelah diketahui hubungan antara aspek imunologis dari transplantasi, infeksi, toleransi oleh sumsum tulang belakang, neoplasma dan kelainan otoimun, yang disebut sebagai mekanisme seminal. Respon kekebalan dan toleransi kekebalan antara organ donor dan tubuh ditemukan merupakan fungsi dari migrasi dan lokalisasi leukosit. Salah satu temuan adalah aktivasi sistem kekebalan turunan oleh sel NK dan interferon-γ segera setelah transplantasi selesai dilakukan. Pada model tikus, sel hepatosit donor ditemukan bersifat sangat antigenik sehingga memicu respon penolakan, yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama antara sel T CD4 dan sel T CD8.
Untuk itu diperlukan terapi imunosupresif yang intensif sebelum transplantasi dilakukan, yang disebut preparative regimen atau conditioning untuk mencegah penolakan organ donor oleh sistem kekebalan inang. Terapi imunosupresif tersebut ditujukan untuk menekan sel T dan sel NK inang guna memberikan ruang di dalam sumsum tulang belakang untuk transplantasi sel puncak hematopoietik dari organ donor melalui terapi mielosupresif, untuk keseimbangan repopulasi sel donor dengan sel hasil diferensiasi dari sel punca inang.
Dewasa ini, transplantasi hati dilakukan hanya pada saat hati telah memasuki jenjang akhir suatu penyakit, atau telah terjadi disfungsi akut yang disebut fulminant hepatic failure. Kasus transplantasi hati pada manusia umumnya disebabkan oleh sirosis hati akibat dari hepatitis C kronis, ketergantungan alkohol, hepatitis otoimun dan lain-lain.
Teknik umum yang digunakan adalah transplantasi ortotopik, yaitu penempatan organ donor pada posisi anatomik yang sama dengan posisi awal organ sebelumnya. Transplantasi hati berpotensi dapat diterapkan, hanya jika penerima organ donor tidak memiliki kondisi lain yang memberatkan, seperti kanker metastatis di luar organ hati, ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol. Beberapa ahli berpedoman pada kriteria Milan untuk seleksi pasien transplantasi hati.
Organ donor, disebut allograft, biasanya berasal dari manusia lain yang baru saja meninggal dunia akibat cedera otak traumatik (kadaverik). Teknik transplantasi lain menggunakan organ manusia yang masih hidup, operasi hepatektomi mengangkat 20% hati pada segmen Coinaud 2 dan 3 dari orang dewasa untuk didonorkan kepada seorang anak, pada tahun 1989.
Pengobatan penyakit hati juga dapat dilakukan dengan cara pengobatan alternatif menggunakan terapi herbal daun sukun. Pembuatan ramuan herbal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Petiklah beberapa lembar daun sukun yang sudah tua, lalu cuci hingga bersih.
- Setelah itu Anda rebus dengan air secukupnya sampai berwarna merah tua.
- Bila sudah dingin, minumlah airnya. Lakukan setiap hari 2 kali, yaitu tiap pagi dan sore dengan dosis sekali minum 1 gelas.
Sakit kuning atau penyakit lever adalah penyakit yang mematikan, namun anda jangan takut, penyakit ini gampang dan mudah disembuhkan jika orang tersebut rajin dan tekum menjalani pengobatannya. Selain dengan ramuan herbal daun sukun, penyakit lever dapat juga disembuhkan dengan memanfaatkan buah sukunnya sebagai berikut.
- Ambillah satu buah sukun, belah menjadi 4 potong dan direbus sampai mendidih, minumlah sebanyak mungkin air rebusan tersebut dan bila perlu setiap minum pakailah air rebusan tersebut selama dua minggu atau lebih maka penyakit lever akan sembuh.
- Jika buah sukun susah didapatkan maka daun sukun juga sangat berkhasiat menyembuhkan lever, caranya adalah ambil 10 helai daun sukun yang sudah tua warna kuning, rebus sampai mendidih seperti warna teh, berikan dan minumkan ke penderita air rebusan selama 2 minggu maka sakit lever tersebut sembuh, mudah-mudahan resep ini dapat membantu keluarga yang membutuhkan